Universitas Jerman Memulai Program Pelatihan Bagi Para Imam

  • 0

[eramuslim] Universitas Osnabruec di Jerman mulai pekan ini memberikan pelatihan bagi para imam muslim. Dalam pelatihan itu, para imam diajarkan bahasa Jerman dan pengetahuan tentang bagaimana menyampaikan dakwah Islam sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku Jerman dan tidak melanggar toleransi antar umat beragama.
Pelatihan terhadap para imam dan da'i yang di Jerman merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Jerman untuk menangkal radikalisme di kalangan anak muda muslim Jerman. Jerman mengklaim sejumlah masjid di Jerman membuat banyak anak muda muslim di negeri cenderung radikal, bahkan terlibat dalam terorisme.
"Kami membutuhkan imam-imam yang mau bersosialisasi dan bisa diterima di Jerman. Mereka mempengaruhi orientasi keagamaan kaum Muslimin di Jerman dan mereka membawa dampak yang besar bagi generasi muda muslim, apakah anak-anak muda itu akan mempraktekkan Islam yang toleransi terhadap orang lain, Islam yang konservatif atau ekstrimis," kata Rauf Ceylan, profesor bidang pendidikan agama Islam dan salah satu pendiri program pelatihan umam di Osnabrueck.
Jerman merasa perlu memberikan pelatihan bagi para imam muslim, terutama kemampuan bahasa Jerman mereka. Saat ini ada 2.000 imam di Jerman--kebanyakan asal Turki--dan hampir 90 persennya tidak bisa berbahasa Jerman dengan fasih. Kendala bahasa menyebabkan para imam tidak bisa berinteraraksi dengan generasi muda muslim yang lahir dan besar di Jerman. Para imam itu juga kurang peka terhadap persoalan sehari-hari yang dihadapi sekitar 4,3 juta muslim yang ada di Jerman.
Imam berperan penting di kalangan komunitas imigran muslim. Para imam menjadi orang pertama yang jumpai para orang tua jika menghadapi persoalan dengan anak-anak mereka, menjadi mediator jika terjadi konflik dalam perkawinan atau ketika komunita muslim mengalami gesekan dengan komunitas Kristen yang menjadi mayoritas di Jerman.
"Masjid-masjid harus transparan untuk menciptakan atmosfir saling percaya antara masyarakat Jerman dengan komunitas imigran muslim," kata Ayqul Ozkan, menteri integrasi di negara bagian Lower Saxony saat membuka program pelatihan di Universitas Osnabrueck. Menurut menteri keturunan imigran Turki itu, transparansi bisa terwujud jika para imam menggunakan bahasa Jerman dalam ceramah dan dakwahnya.
Antusias para imam di Jerman untuk ikut dalam pelatihan lumayan tinggi. Profesor bidang studi Islam di Osnabrueck, Bulent Ucar mengungkapkan, ketika pertama kali universitasnya mengumumkan program pelatihan, ada 90 orang yang mendaftarkan diri. Namun untuk tahap pertama, mereka hanya menerima 15 orang peserta pelatihan.
Salah seorang imam yang ikut dalam pelatihan itu, Ahmed Sami mengatakan para imam perlu memahami pluralitas dalam kehidupan masyarakat Jerman. Imam berusia 31 tahun asal Maroko itu menambahkan, "Sekarang, para remaja dan anak-anak muda muslim Jerman banyak yang sudah tidak bisa berbahasa Arab. Bahasa mereka adalah bahasa Jerman. Jadi para imam perlu memiliki kemampuan bahasa Jerman."
Redzo Sekic, muslim asal Bosnia yang pindah ke Jerman lima tahun lalu, berharap pelatihan yang diikutinya bisa meningkatkan bahasa Jermannya sehingga ia bisa berkomunikasi dengan lebih baik, terutama dengan anak-anak muda muslim. "Kadang anak-anak muda itu terlibat dalam masalah alkohol dan narkoba, dan orang tua mereka tidak tahu bagaimana menangani persoalan itu. Saya berharap, setelah selesai mengikuti pelatihan ini, akan lebih mudah bagi saya untuk memahami mereka, bahasa mereka dan persoalan mereka," kata Sekic yang sekarang menjadi imam di Masjid Bochum, masjid komunitas imigran asal Yugoslavia. (ln/isc)

No comments:

Post a Comment