Tafakur Alam AURORA! 1435 H

  • 8


Assalamu'alaikum temen-temen,
 Sebelumnya udah pada tau kan?

Pas tanggal 2-4 Januari 2014, kami baru saja melaksanakan salah satu program kerja R1D, Tafakur Alam 1435 H, AURORA! (Apply our behaviour to be a true Moslem Young Generation in this Era). 
Acaranya banyak dan seru-seru loh~
Sedikit cerita, banyak foto nih..

Sebelum berangkat, kami berkumpul di sekolah terlebih dahulu. Kemudian kami diberi pengarahan, serta tata tertib. 
 Kumpul di Lapangan SMAN 1 Depok.
Berangkat naik tronton~

Mulai dari hari pertama TA, kami perlu menjaga ucapan dan bahasa kami. Jika tidak, maka ada hukuman! Tapi tentu saja, hukuman itu dijalankan dari kesadaran diri kami sendiri.  Kalo sadar, Alhamdulillah. Kalo nggak sadar, ng... Ngomong-ngomong hukuman Ikhwannya push up sedangkan Akhwatnya scout jump atau muroja’ah 1 halaman. Bisa dipilih~

SNAP SHOT!  Tafakur Alam AURORA




makanannya segini~ makan sama-sama


 Salah satu aulanya~

 Mentoring~





Ayoo, 1 hari 1 juz XD

 
itu buku apaan dah



Materi dan wawasan yang disampaikan oleh orang-orang hebat.

 Banyak hal yang dapat kita pelajari dari mereka.


Games!  
    Ikhwan  LARIIIIII
 
              Akhwatnya Masak-masak dan belanja di Auromart~!

 
 
TRACKING ke curug~
 Awas ada paceett! 

Setelah melewati berbagai macam aktivitas selama 3 hari 2 malam tersebut, akhirnya tibalah saatnya kami pulang. Kesannya begitu banyaak Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu'akbar!



Fakta dan Hikmah Dibalik Gerakan Shalat Menurut Ilmu Kesehatan

  • 0

Sabtu, 25 Februari 2012

Berikut ini saya uraikan mengenai fakta dan manfaat dibalik gerakan-gerakan shalat ditinjau dari segi ilmu kesehatan. Gerakan shalat adalah fitrah yang Allah ciptakan untuk kemaslahatan manusia. Manfaatnya begitu besar bagi lahir dan bathin.
Subhanallah, apa yang Allah perintahkan kepada manusia dalam kehidupan ini memang tiada sia-sia. Semua mengandung hikmah yang akan membawa kemaslahatan bagi kelangsungan hidup umat manusia yang mengimani-Nya. Sekecil apapun tentunya Allah S.W.T. menyimpan rahasia yang melahirkan hikmah. Sehingga diharapkan manusia akan bersyukur dan bertambah keimanannya kepada Allah yang telah menciptakan dirinya.

A. Takbiratul Ihram
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan melatih otot lengan. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu mengalami peregangan sehingga aliran darah kaya oksigen akan menjadi lancar.

B. Berdiri bersedekap
Manfaat: Gerakan ini menghindarkan gangguan persendian pada tulang-tulang anggota gerak atas

C. Rukuk
Manfaat: Apabila dilakukan dengan sempurna, yaitu tubuh ditekuk membentuk sudut 90 derajat, postur ini akan menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk relaksasi otot-otot bahu hingga ke lengan bawah. Selain itu, rukuk juga dapat melatih sistem kemih sehingga dapat mencegah gangguan prostat.

D. I'tidal
Manfaat: Variasi gerakan berdiri dan bungkuk pada rangkaian gerakan rukuk-i'tidal-sujud merupakan latihan bagi organ pencernaan yang baik. Organ pencernaan dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Hal ini dapat melancarkan dan memelihara fungsi sistem pencernaan.

E. Sujud
Manfaat: Posisi jantung yang lebih tinggi dari otak menyebabkan darah kaya oksigen mengalir lancar menuju otak. Sebuah riset yang dilakukan di AS menyimpulkan bahwa sujud dapat menyebabkan pasokan darah kaya oksigen mengalir lancar menuju otak, hal ini dapat memelihara dan memacu kerja sel-sel otak yang akan meningkatkan kecerdasan. Karena itu, bersujudlah dengan tuma'ninah (tidak tergesa-gesa) agar pasokan darah kaya oksigen mencukupi kebutuhan sel-sel otak. Menurut kabar, seorang dokter berkebangsaan AS dari Harvard University yang telah membuktikan kebenaran hasil riset tersebut melalui penelitian yang dikembangkannya sendiri secara diam-diam mengenai gerakan sujud menyatakan dirinya menjadi muallaf. Bersujud juga dapat mencegah wasir. Khusus bagi wanita, rukuk dan sujud dapat memelihara organ kewanitaan sehingga dapat menjaga keharmonisan rumah tangga. Bersujud juga dapat melatih otot dada. Hal ini disebabkan karena saat sujud, beban tubuh bagian atas bertumpu pada lengan sampai tangan. Hal ini merangsang otot dada untuk ikut berkontraksi. Bagi pria, hal ini berguna untuk membentuk tubuh lebih indah. Bagi wanita, hal ini dapat membantu mengencangkan dan memperindah payudara dan meningkatkan kualitas ASI. Sujud juga dapat melatih otot perut dan rahim untuk berkontraksi sekuat mungkin saat persalinan sehingga mempermudah proses persalinan, hal ini karena saat sujud, otot perut dan rahim berkontraksi penuh.

F. Duduk Iftirasy (Duduk di Antara 2 Sujud/Duduk Tahiyat Awal)
Manfaat: Saat duduk iftirasy, kita bertumpu pada pangkal paha yang dilewati saraf skiatik (nervus ischiadicus), hal ini dapat memelihara fungsi saraf skiatik. Hal ini dapat mencegah penyakit skiatika (ischialgia), yaitu gangguan di sepanjang daerah yang dipersarafi saraf skiatik yang menyebabkan nyeri dari punggung bagian bawah sampai kaki yang luar biasa sehingga menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan.


G. Duduk Tawarruk (Duduk Tahiyat Akhir)
Manfaat: Duduk tawarruk yang sempurna sangat baik bagi pria karena dapat membantu mencegah impotensi dan mencegah gangguan pada ureter, kandung kemih (vesica urinaria), vas deferens, dan uretra. Variasi posisi telapak kaki pada duduk iftirasy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian gerakan. Gerakan yang harmonis dan teratur inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ kaki kita.

H. Salam
Manfaat: Gerakan menoleh kiri dan kanan secara maksimal dapat merelaksasikan otot leher dan sekitar kepala, hal ini dapat melancarkan peredaran darah di kepala. Gerakan ini mencegah mudah sakit kepala dan migrain. Selain itu, hal ini dapat menjaga kekencangan kulit wajah sehingga dapat menunda timbulnya keriput dan membuat kesan awet muda.

Dari uraian di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa dengan menunaikan shalat secara istiqomah dapat menjaga kesehatan lahir maupun bathin hamba-Nya yang beriman. Sehingga akan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai hamba-Nya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang beriman dan selalu istiqamah di jalan-Nya sehingga kita selalu diberikan rahmat oleh Allah SWT. Amin 
 

Untuk Apa Bepergian?

  • 1
Belum lama ini, SMAN 1 Depok mengadakan kegiatan study tour, siswa-siswi kelas X berangkat ke Bromo, sedangkan siswa-siswi kelas XI berangkat ke Bali. Karena admin adalah seorang siswa kelas X, maka admin tidak akan berbicara banyak tentang kegiatan study tour-nya kelas XI. Kegiatan ini berlangsung hampir satu minggu dengan jadwal yang padat. Rutenya kira-kira seperti ini: Depok-Pare-Bromo-Jogja-Depok. Berbagai kegiatan yang kami alami bersama memang mempererat ukhuwah kami. Ada kalanya kami gembira, ada juga saatnya kami bersedih, misalnya karena ada beberapa teman kami yang jatuh sakit di perjalanan. Semua itu InsyaAllah terbalas dengan berbagai manfaat yang kami dapatkan selama dan sesudah kegiatan ini berlangsung. Nah, ngomong-ngomong tentang manfaat study tour, admin akan membahas tentang manfaat bepergian, bukan hanya meliputi kegiatan study tour, tapi bepergian secara umum. Penasaran? :)

Allah memerintahkan kita dalam beberapa ayat Nya untuk senantiasa siiruu fil ardhli yang artinya berjalanlah kamu di atas bumi, bisa diartikan juga bepergianlah kalian di atas bumi ini untuk melihat lihat kejadian yang ada. Seorang yang bijak juga mengatakan :” Bepergian itu dapat melenyapkan kesusahan”.

Al Hafizh Ar Ramhazy dalam bukunya yang bejudul Sosok Ahli Hadits yang Utama memberikan keterangan tentang faedah mengadakan perjalanan untuk menuntut ilmu dan kesenangan yang didapat darinya. Beliau menyanggah pendapat orang yang tidak menyukai dan mencela bepergian dengan ungkapan : “ Seandainya orang yang mencela orang-orang yang suka bepergian mengetahui :

betapa nikmatnya perjalanan dan betapa semangatnya saat berpisah dari negeri tempat tinggal:

betapa senangnya anggota tubuhnya saat menikmati suasana barunya ketika berada di sumber air, perkampungan, lembah-lembah, daerah pegunungan, dan menikmati keindahan pemandangan berbagai kawasan dengan hutan belantaranya, kebun-kebunnya, dan taman-tamannya:

betapa menyenangkan saat melihat wajah-wajah baru, menyaksikan keajaiban berbagai negeri yang belum pernah dilihatnya, perbedaan bahasa, dan warna kulit:

betapa nikmatnya saat beristirahat di bawah naungan tembok rumah dan naungan pohon yang rindang, makan di masjid, minum sumber air yang ada di lembah, dan tidur di mana saja bila malam tiba:

betapa senangnya ketika dapat menjalin persahabatan dengan orang-orang yang saling mencintai karena Allah dengan mengesampingkan rasa malu dan sikap basa basi:

betapa senangnya hati bila telah berhasil meraih maksudnya dan sampai pada tujuannya, hingga dapat bergabung ke dalam majlis yang mau melayaninya dan menghapuskan jarak pemisah yang ada,

niscaya orang yang mencela itu akan mengetahui bahwa kesenangan dunia itu terkandung dalam indahnya fenomena tersebut, manisnya pemandangan yang telah disaksikan, dan keberhasilan meraih faedah yang menguntungkan. Semuanya itu bagi orang yang suka mengadakan perjalanan nilainya lebih indah daripada bunga-bunga yang mekar pada musim semi dan lebih berharga daripada permata simpanan yang tidak bisa dirasakan oleh mereka dan yang serupa dengan mereka di antara orang-orang yang tidak suka dengan perjalanan.

Nah, itu dia beberapa ulasan tentang manfaat bepergian. Semoga bermanfaat ya dan semoga study tour yang sudah kita sama-sama lewati dapat menjadi pengalaman dan pelajaran untuk kita lebih baik lagi. Aamiin.. :D


Sumber: http://narno3.blogspot.com/2012/11/manfaat-bepergian.html

Karena Ukuran Kita Tak Sama

  • 0
seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi


Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.

Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”

Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.

”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,

“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.

”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.

“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.

”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”

“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“

“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,

”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.

‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.

Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.

“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.

“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.

Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”



Sumber: http://salimafillah.com/karena-ukuran-kita-tak-sama/