Tafakur Alam 1434 H : METEOR!

  • 0
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

SMAN 1 DEPOK & ROHIS 1 DEPOK presents

TA METEOR 1434

OPEN REGISTRATION FOR SMANSA
UNTIL 30/12/12


SEND THE FOLLOWING FORMAT:
<NAME>/<CLASS>/<DRESS SIZE>
DHYA - 081318197498
FIKMAM - 085885493246



Datang ke stand TA di SMAN 1 Depok pada tanggal 30 Desember 2012 31 Desember 2012 untuk pembayaran (sebesar Rp.80.000,00), pengambilan surat izin untuk orangtua dan briefing untuk tanggal 2-4 Januari nanti. Info lebih lanjut hubungi nomor-nomor di atas :), atau lihat akun twitter @TA_Meteor1434H

10 Wasiat Imam Hasan Al Banna

  • 0
Sumber: emtecfilms.com

IMAM Hasan Al-Bana, pendiri gerakan dakwah Ikhwan yang terkenal ke seluruh dunia, banyak meninggalkan catatan penting pada sejarah perjuangan Islam modern. Ingat, kehadiran Imam Hasan bertepatan dengan hanya beberapa saat setelah hancurnya kekhalifan Islam yang terakhir. Tak pelak, setelah kepergian beliau, tak ada lagi figur dakwah yang bisa dijadikan acuan dalam gerakan Islam.

Setiap hari, dalam dakwahnya, ia berjalan kaki tidak kurang dari 20 KM. Beliau menyambangi desa-desa dan dilakukannya tanpa pamrih sedikitpun dari manusia. Ia duduk di warung kopi pada beberapa malam, menyatu dengan masyarakat yang sebenarnya, dan ia mampu mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya walaupun hanya sekali, sehingga orang yang diajak bicara olehnya menjadi simpati.

Banyak warisan dari Imam Hasan yang sangat menggelorakan semangat dakwah Islam. Berikut ini beberapa di antaranya dari sekian wasiat-wasiatnya:

  1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaannya.
  2. Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
  3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
  4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
  5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.
  6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
  7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
  8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
  9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
  10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
(Source by: Aan. Alim Ulama, Dunia Islam.)

Berdoa Kok di FB?

  • 1

dakwatuna.com – Sejak berjamurnya Account social seperti Facebook, Twitter, Friendster and other networking. Banyak hal bisa diamati terutama terjadinya tingkat kenarsisan, suka pamer, sering mengeluh dan berdoa di tempat yang salah. Bagaimana tidak salah!!! Coba kita amati terutama FB and twitter betapa banyak pengguna account salah mengguna wall/tweet mereka sebagai tempat berdoa, bukankah agama “Islam”? Telah mengatur Waktu-waktu untuk berdoa mustajab. Antara lain:
“Pada bulan Ramadhan, terutama pada malam Lailatul Qadar, Pada waktu wukuf di ‘Arafah, ketika menunaikan ibadah haji, Ketika turun hujan, Ketika akan memulai shalat dan sesudahnya, Ketika menghadapi barisan musuh dalam medan peperangan, Di tengah malam, Di antara adzan dan iqamat, Ketika I’tidal yang akhir dalam shalat, Ketika sujud dalam shalat, Ketika khatam (tamat) membaca Al-Quran 30 Juz, Sepanjang malam, utama sekali sepertiga yang akhir dan waktu sahur, Sepanjang hari Jumat, karena mengharap berjumpa dengan saat ijabah (saat diperkenankan doa) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam matahari pada hari Jumat itu, antara Zhuhur dengan ‘Ashar dan antara ‘Ashar dengan Maghrib, Pada waktu pengajian (belajar) di suatu majelis dan Pada waktu minum air zam-zam”
Tempat-tempat baik untuk berdoa “Di kala melihat Ka’bah, Di kala melihat masjid Rasulullah Saw, Di tempat dan di kala melakukan thawaf, Di sisi Multazam. Di dalam Ka’bah, Di sisi sumur Zamzam, Di belakang makam Ibrahim, Di atas bukit Shafa dan Marwah, Di ‘Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat yang tiga, Di tempat-tempat yang mulia lainnya, seperti di Masjid dan tempat-tempat peribadatan lainnya.
Nah seperti dijelaskan di atas jelas bahwa tempat dan waktu mustajab berdoa, bukan saat buka Facebook/twitter, sebaiknya social networking dimanfaatkan sebagai tempat berbagi informasi bersifat memotivasi bukan bersifat keluh kesah. Karena Allah tidak menyukai hamba yang suka mengeluh.
Dan tanpa kita sadari, kita lebih banyak mengadu masalah di efbe dari pada mengadu kepada ALLOH Subhana Wa Ta’ala, lebih mengutamakan update status daripada shalat dan dzikir kepada ALLOH Subhana Wa Ta’ala.
Hendaknya kita mengeluh di tempat yang tepat yaitu tempat memberi ketenangan diri seperti dijelaskan dalam al-Quran “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,“ (Qs. Yusuf: 86)”, Saudaraku, mengeluhkan penderitaan hanya kepada Allah SWT adalah bagian dari kesabaran.
Menurut pengamatan ternyata social networking merupakan wadah paling empuk bagi seseorang untuk mengeluh, pamer, galau, nasris dan berdoa di tempat yang salah. Ada berbagai varian doa yang tertulis dalam Facebook, bahkan bingung juga apakah benar-benar berdoa atau mengeluh dengan cantik. Bukan tidak boleh dan melarang teman berdoa lewat Facebook atau twitter, bahkan Islam memperoleh kita berdoa dimana dan kapan pun kecuali di toilet/kamar mandi. Tetapi akan lebih elok dan berkah doa yang kita untaikan di tempat-tempat telah dicontohkan Rasulullah SAW seperti paparan di atas. Jangan sampai doa di publish jadi bahan guyonan, ingin diketahui publik dan ajang narsis.
Hal seperti itu takutnya akan berdampak pula dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi manusia  tidak disukai atau dijauhi oleh teman, relasi dan keluarga. Bagaimana bisa dijauhi? Ya iyalah siapa juga mau bertemen dengan orang yang suka mengeluh, pamer, galau dan narsis. Sebelum itu benar-benar terjadi dalam kehidupan kita, mari account social dimanfaatkan, dipergunakan, dikelola sebagai ajang silaturahim. 
Berikut contoh doa kopas (copy paste) status teman FB “Ya Allah…jika Canon EOS 7D layak untukku…dekatkan ia… dan jika Engkau tambahkan lensa EF-S 15-85mm IS juga tak apa, dengan senang hati ya Allah… amiiin… nuhun buat yang udah ikut mengAminkan… :) hehe”.  Coba teman analisis dan amati doa tersebut di antara berharap dan bercanda. (masih banyak lagi doa’-doa diungkapkan lewat FB/Twitter antara galau, narsis dan bercanda).
Yuk ukhti wa ikhwan jangan sampai kita terikut pula dengan behaviour seperti itu suka mengeluh dan berdoa di tempat yang salah. Dan mari kita pergunakan account social untuk menebar semangat, kebaikan, menebar syukur, silaturahim dan taujih bukan menebar keluh kesah, galau dan narsis tiada ujung. Status tertulis bukan mendapat solusi kongkret malah sebaliknya diguyonin dan diketawakan dengan tujuan tidak jelas.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21594/berdoa-kok-di-fb/#ixzz21JZQqjuQ
  • 1

SAAT PENCIPTAAN IBU

Bismillah..
Ketika itu, Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para ibu.
Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut,
“Tuhan, banyak nian waktu yg Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?”
dan Tuhan menjawab pelan,
“Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus waterproof (tahan air/cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukkan hati anaknya. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah dan Enam pasang tangan! “
Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya “Enam pasang tangan?”
“Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik” balas Tuhan.
“Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.”
“Bagaimana modelnya?” Malaikat semakin heran.
Tuhan mengangguk- angguk.
“Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya: ‘Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?’, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya.”
“Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata: ‘Saya mengerti dan saya sayang padamu’ Meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.”
“Tuhan”, kata malaikat itu lagi, “Istirahatlah”
“Saya tidak bisa, Saya sudah hampir selesai.”
“Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.”
Akhirnya Malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan.
“Terlalu lunak”, katanya memberi komentar.
“Tapi kuat”, kata Tuhan bersemangat.
“Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita.”
“Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat lagi.
“Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi”, kata Sang Pencipta.
Akhirnya Malaikat menyentuh sesuatu dipipi.
“Eh, ada kebocoran disini”
“Itu bukan kebocoran”, kata Tuhan.
“Itu adalah air mata. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata, airmata….”
Sudahkah Anda mengucap syukur karena Anda mempunyai ibu yang luar biasa ?
_ust adf-

http://snowyautumn.wordpress.com/category/islamic/kisah-berhikmah/

Hikmah Membaca Basmallah

  • 0

Ada seorang perempuan tua yang taat beragama tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan.
Perempuan itu senantiasa membaca Bismillah setiap kali hendak berbicara dan setiap kali dia hendak memulai sesuatu senantiasa diawali dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap istrinya dan senantiasa memperolok-olok istrinya. 
Suaminya berkata sambil mengejek. “asyiknya Bismillah, Bismillah. Sedikit2 Bismillah” 
Istrinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah SWT, supaya memberikan hidayah kepada suaminya. “Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu” ujar suaminya. 
Untuk membuat sesuatu yang mengagetkan istrinya, dia memberikan uang yang banyak kepada istrinya dengan berkata “simpan baik-baik uang ini”. Istrinya mengambil uang itu dan menyimpannya ditempat yang aman. Tapi diam-diam suaminya mengikutinya dari belakang, dan telah melihat tempat menyimpan uang tsb. Kemudian diam-diam suaminya itu mengambil uang tersebut dan membuangnya kedalam tong sampah dibelakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian, suaminya itu memanggil istrinya dan berkata“Berikan padaku uang yang tempo hari aku berikan kepadamu untuk disimpan”
Kemudian istrinya pergi ke tempat dia menyimpan uang itu dan diikuti oleh suaminya dengan hati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan uang itu. Lalu dia awali dengan membaca “Bismillahirrahmanirrahim”, ketika itu Allah SWT menghantar malaikat Jibril AS untuk mengembalikan uang dan menyerahkan uang itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia merasa bersalah dan mengaku kepada istrinya. Ketika itu juga dia bertaubat dan mulai mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah setiap kali akan memulai sesuatu pekerjaan.Subhanallah.


sumber : zenvic.wordpress.com/category/kisah-kisah-islam/

Media Informasi Islami: Mesut Ozil: Kunci Sukses, Baca Al-quran Sebelum Kick Off

  • 0

Islamedia - Ada banyak pemain sepakbola Muslim yang merumput di liga utama Eropa. Namun bisa dihitung dengan jari mereka yang bisa meraih prestasi hebat di klub dan memperkuat klub besar. 

Satu di antara pemain sepakbola Muslim yang beruntung adalah gelandang kreatif Real Madrid, Mesut Ozil.

Pemain berdarah Turki yang memperkuat timnas Jerman itu dikenal sebagai kreator keberhasilan Los Blancos merebut juara La Liga Spanyol musim ini. Capaian itu semakin melambungkan nama Ozil di kancah pesepakbolaan dunia.

Ternyata ada sedikit rahasia di balik tampilan gemilang permainan Ozil sepanjang musim 2011/2012. "membaca Alquran setiap sebelum kick-off,” ungkap Ozil menceritakan kunci sukses meraih prestasi bersama Madrid.

Saat ini, terdapat enam pemain Muslim yang membela Madrid. Lima pemain lainnya adalah Karim Benzema, Sami Khedira, Hamit Altintop, Nuri Sahrin, dan Lassana Diarra. Namun hanya Ozil dan Khedira yang rutin turun sebagai starter di bawah penanganan Mourinho.

Menurut Ozil, membaca beberapa ayat kitab suci umat Islam itu bisa memberinya ketenangan selama di lapangan. Tak heran Ozil dikenal sebagai pemain kalem di lapangan, meski laga berlangsung dalam tensi tinggi. “Alquran suci memberi saya kekuatan lebih untuk bermain dalam pertandingan dengan baik,” ujar eks pemain Werder Bremen itu.[republika]

Amerika akan Bom Makkah dan Madinah?

  • 1

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski Arab Saudi disebut-sebut sebagai salah satu sekutu utama Amerika Serikat, ternyata negeri Paman Sam itu memiliki agenda tersembunyi untuk menghancurkan dua kota suci umat Islam yang berada di Saudi, Makkah dan Madinah. Kabar itu terungkap setelah materi kursus militer untuk para perwira AS bocor ke media massa.

Seperti dilaporkan Associated Press, Jumat (11/5), dalam salah satu kursus militer yang digelar Pentagon, Amerika mendoktrin para perwira AS masa depan, bila Islam adalah musuh yang wajib dihancurkan. Karena itu, Amerika mengagendakan bakal menghancurkan tempat-tempat suci umat Islam, yakni Makkah dan Madinah --kota tempat Ka'bah dan makam Nabi Muhammad SAW berada-- dengan bom atom. AS bakal melontarkan bom atom ke Makkah dan Madinah laiknya saat mereka membumihanguskan Kota Hirosima dan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II.

The Guardian melaporkan, pelatihan selama satu tahun yang digelar di Sekolah Gabungan Angkatan Bersenjata AS di Norfolk, negara bagian Virginia itu, merupakan upaya Amerika mendapatkan para prajurit dan pemimpin masa depan yang bakal melakukan perang total terhadap 1,4 miliar umat Islam di seluruh dunia. Ini yang mengesalkan, dalam pelatih itu para perwira diminta tidak mempedulikan berapa banyak nyawa warga sipil Muslim yang bakal melayang.
Instruktur Angkatan Darat AS yang mengajar dalam pelatihan itu, Letkol Mattew Dooley menyatakan, dirinya tidak percaya ada konsep Islam moderat. Dooley mengatakan, agama Islam dan para pengikutnya masuk dalam kategori musuh yang dapat mengancam eksistensi AS. 

"Mereka (Muslim) membenci segala hal tentang kamu (warga Amerika) dan tidak akan mau hidup berdampingan dengan kamu hingga kamu lenyap," ungkap Dooley dalam sebuah presentasi Juli 2011 lalu, seperti dilaporkan AP.
Dooley juga memprovokasi, teori perang yang ditetapkan dalam Konvensi Jenewa sudah tidak relevan dengan teori perang sesungguhnya. "Ini membuka opsi baru, di mana perang dengan penduduk sipil boleh dilakukan, jika diperlukan. Sebab, sudah ada sejarahnya seperti Tokyo, Hiroshima, dan Nagasaki," kata Dooley.

Skenario Amerika berikutnya adalah ingin menjadikan Saudi terancam kelaparan dan Islam. Meski awalnya menutup-nutupi pelatihan tersebut, Pentagon akhirnya menghentikan kursus tersebut. AP melaporkan, penghentian kursus tersebut diawali protes seorang perwira yang menilai materi kursus bertentangan dengan pernyataan pemimpin AS tahun lalu, yang mengatakan AS memerangi kelompok fundamentalis Islam, bukan memerangi ajaran Islam.

Pentagon pun memerintahkan penyidikan materi kursus militer tersebut. Akhirnya, para petugas termasuk instruktur kursus, Dooley diskor Pentagon. Tapi mereka tidak dipecat.

Sejatinya, pelatihan militer bagi perwira AS yang menargetkan umat Islam bukan kali ini saja. Tahun lalu terkuat, FBI menghentikan kursus militer serupa. Seperti kata pepatah, serapat-rapatnya bangkai ditutupi, akhirnya tercium juga. Meski Pentagon dan Gedung Putih berusaha menutup rapat niat jahat tersebut, rencana membumihanguskan kaum Muslimim yang ingin hidup di dalam naungan syariat Islam dan menolak sistem yang coba diterapkan AS terungkap juga.

Selalu Ada Debu Dosa

  • 1

Dosa tak ubahnya seperti tiupan angin di tanah berdebu. Wajah terasa sejuk sesaat, tapi butiran nodanya mulai melekat. Tanpa terasa, tapi begitu berbekas. Kalau saja tak ada cermin, orang tak pernah mengira kalau ia sudah berubah.
Perjalanan hidup memang penuh debu. Sedikit, tapi terus dan pasti; butiran-butiran debu dosa kian bertumpuk dalam diri. Masalahnya, seberapa peka hati menangkap itu. Karena boleh jadi, mata kepekaan pun telah tersumbat dalam gundukan butiran debu dosa yang mulai menggunung.
Seorang mukmin saleh mungkin tak akan terpikir akan melakukan dosa besar. Karena hatinya sudah tercelup dengan warna Islam yang teramat pekat. Jangankan terpikir, mendengar sebutan salah satu dosa besar saja, tubuhnya langsung merinding. Dan lidah pun berucap, “Na’udzubillah min dzalik!
Namun, tidak begitu dengan dosa-dosa kecil. Karena sedemikian kecilnya, dosa seperti itu menjadi tidak terasa. Terlebih ketika lingkungan yang redup dengan cahaya Ilahi ikut memberikan andil. Dosa menjadi biasa.
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.”
Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah saw. mewanti para sahabat agar berhati-hati dengan sebuah kebiasaan. Karena boleh jadi, sesuatu yang dianggap ringan, punya dampak besar buat pembentukan hati.
Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah saw. menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya. Beliau saw. berkata: ‘Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini. Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu.” Berkata lagi Anas, “Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.” (Bukhari & Muslim)
Sekecil apa pun dosa, terlebih ketika menjadi biasa, punya dampak tersendiri dalam hati, pikiran, dan kemudian perilaku seseorang. Repotnya, ketika si pelaku tidak menyadari. Justru orang lain yang lebih dulu menangkap ketidaknormalan itu.
Di antara dampak dosa yang kadang remeh dan tidak terasa adalah sebagai berikut: pertama, melemahnya hati dan tekad. Kelemahan ini ketika tanpa sadar, seseorang tidak lagi bergairah menunaikan ibadah sunah. Semuanya tinggal yang wajib. Nilai-nilai tambah ibadah menjadi hilang begitu saja. Tiba-tiba, ia menjadi enggan beristighfar. Sementara, hasrat untuk melakukan kemaksiatan mulai menguat.
Kedua, seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh dosa tersebut. Padahal, dosa yang dianggap remeh itu adalah besar di sisi Allah ta’ala.
Di antara bentuk itu adalah ucapan-ucapan dusta. Awalnya mungkin hanya sekadar canda agar orang lain bisa tertawa. Tapi, ucapan tanpa makna itu akhirnya menjadi biasa. Padahal di antara ciri seorang mukmin selalu menghindar dari perbuatan laghwi, tanpa makna. Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. 23: 1-3)
Seorang sahabat Rasul, Ibnu Mas’ud, pernah memberikan perbandingan antara seorang mukmin dan fajir. Terutama, tentang cara mereka menilai sebuah dosa. Beliau r.a. berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti memandang seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu membiarkannya terbang.” (HR. Bukhari)
Ketiga, dosa dan maksiat akan melenyapkan rasa malu. Padahal, malu merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan. Jika rasa malu hilang, maka lenyaplah kebaikan. Nabi saw. bersabda, “Malu adalah kebaikan seluruhnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Keempat, sulitnya menyerap ilmu keislaman. Ini karena dosa mengeruhkan cahaya hati. Padahal, ilmu keislaman merupakan pertemuan antara cahaya hidayah Allah swt. dengan kejernihan hati.
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i pernah menuturkan pengalaman pribadinya. Ketika itu, ulama yang biasa disebut Imam Syafi’i ini merasakan adanya penurunan kemampuan menghafal. Ia pun mengadukan hal itu ke seorang gurunya yang bernama Waqi’. Penuturan itu ia tulis dalam bentuk untaian kalimat yang begitu puitis.
Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waqi’
Beliau memintaku untuk membersihkan diri dari segala dosa dan maksiat
Beliau pun mengajarkanku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan pernah menembus pada hati yang pendosa
Ada satu dampak lagi yang cukup memprihatinkan. Seseorang yang hatinya berserakan debu dosa enggan bertemu sapa dengan sesama mukmin. Karena magnit cinta dengan sesama ikhwah mulai redup, melemah. Sementara, kecenderungan bergaul dengan lingkungan tanpa nilai justru menguat. Ada pemberontakan terselubung. Berontak untuk bebas nilai.
Perjalanan hidup memang bukan jalan lurus tanpa terpaan debu. Kian cepat kita berjalan, semakin keras butiran debu menerpa. Berhati-hatilah, karena sekecil apa pun debu, ia bisa mengurangi kemampuan melihat. Sehingga tidak lagi jelas, mana nikmat; mana maksiat.


Tergantung Niat


Sebuah Cerpen 
Lembayung senja menemani langkah Fatin. Bergegas ia menuju ke jalan besar untuk menunggu angkutan umum yang akan mengantarnya pulang ke rumah.
“Lagi dan lagi, saya sendiri.” Ucap Fatin lirih.
Sambil terus berdzikir, ia menatap secara seksama arah datangnya angkutan.
****
Sore itu adalah sore kesekian Fatin hadir sendiri menghadiri pengajian pekanan di rumah Mbak Khaira –guru ngaji Fatin-. Keempat rekannya tidak hadir, Aisyah dan Naura berhalangan hadir sedangkan Rayya dan Naila tidak ada keterangan.
Pukul empat lewat Fatin telah tiba di rumah Mbak Khaira setelah sebelumnya menelpon Aisyah, apakah mengaji atau tidak. Karena Aisyah tidak mendapat kabar apapun dari Mbak Khaira, ia pikir pengajian tetap di adakan. Fatin pun dengan mantap berangkat untuk menuntut ilmu, meskipun hari itu ia merasakan tidak enak badan.
Sesampainya di rumah Mbak Khaira, ternyata belum ada kawan-kawan yang lain.
“Assalamu’alaikum… “Fatin memberi salam.
Tidak ada yang menyahut, Fatin pun mengulangi salam.
“Assalamu’alaikum… Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam warrahmatullah wabarakatuh.” Terdengar sahutan salam dari arah dalam rumah.
Terlihat kakak Mbak Khaira keluar rumah dan menyambut Fatin.
Dengan tersenyum Fatin langsung bertanya, “Mas, Mbak Khaira nya ada di rumah?”
“Khaira nya sedang keluar. Tunggu di dalam saja dik.” Jawabnya ramah.
Fatin pun masuk ke dalam ruangan yang memang di sediakan khusus untuk pengajian. Sepi. Hanya ada rak-rak berisi kitab dan buku-buku Islam.
Sambil menunggu kawan lainnya, Fatin beranjak mengambil buku dari rak. Ia memilih kisah mengenai para tabi’in wanita. Pelan-pelan ia membaca, hingga tanpa sadar sudah berpuluh-puluh halaman telah di bacanya. Satu jam berlalu sejak ia datang tapi belum ada tanda-tanda bahwa kawannya akan hadir. Hanya kabar Naura yang ia tahu, karena ketika baru sampai rumah Mbak Khaira, Fatin mendapat SMS dari Naura yang mengabarkan jika ia tidak hadir di karenakan sedang tidak enak badan.
Hari semakin beranjak sore. Ternyata Fatin telah menunggu hampir satu setengah jam, tetapi Mbak Khaira belum juga terlihat akan pulang.
Sedang asyik membaca, kakak Mbak Khaira masuk membawakan minuman untuk Fatin.
“Sendiri dik? Yang lain ke mana?” Tanya Mas Farhan, kakak Mbak Khaira.
“Emm… yang dua izin berhalangan yang dua lagi tidak ada kabarnya.” Jawab Fatin singkat.
“Oh, gitu… ya sudah di minum dulu tehnya.”
“Makasih mas.”
Mas Farhan tersenyum dan kembali ke dalam rumah.
Fatin larut dalam keasyikan membaca kisah tabi’in wanita. Sungguh patut di jadikan tauladan, bagaimana taat dan shalihnya para wanita zaman dahulu. Mereka hidup setelah zaman sahabat Rasulullah tapi keshalihan mereka tidak berbeda dari para sahabat. Wanita-wanita nan cerdas, selalu haus dalam hal keilmuan. Melayani suami dengan penuh kesetiaan dan ketulusan. Dan mampu mencetak generasi muslim yang tangguh dan bertaqwa. Fatin tersenyum membaca kisah-kisah tersebut. Tak jarang senyumnya mengembang.
“Semoga kelak, aku mampu menjadi seperti mereka.” Ucap Fatin dalam hati.
Tanpa terasa, azan Maghrib berkumandang. Mas Farhan tiba-tiba muncul di hadapan Fatin.
“Kayaknya Khaira masih lama nih pulangnya. Apa kamu mau shalat dulu?”
“Emm… saya sedang tidak shalat mas. Kalau begitu saya pamit saja ya mas.”
Fatin yang sedang asyik membaca, bergegas membereskan buku bacaan dan tasnya. Kemudian langsung pamit pulang.
“Terima kasih ya mas. Salam saja untuk Mbak Khaira. Assalamu’alaikum.”
“Iya dik, nanti saya sampaikan. Hati-hati ya. Wa’alaikumsalam.”
****
Sepanjang perjalanan, Fatin merasa bimbang. Kenapa Rayya dan Naila tidak ada kabarnya. Apa mungkin mereka sudah tahu jika Mbak Khaira tidak ada di rumah sehingga mereka tidak hadir? Kenapa mereka tidak memberitahu saya? Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban itu terus memenuhi otak Fatin.
Ia sempat berfikir, kenapa tadi ia tidak datang saja.
“Astaghfirullah.” Seketika Fatin beristighfar menyadari bahwa keikhlasannya sedang tergadai.
Tak sekali itu saja Fatin hanya hadir sendirian. Dulu, pada awal-awal ia ikut pengajian itu, ia sempat merasa aneh. Karena seringkali ia hadir sedangkan Mbak Khaira tidak ada di tempat, tetapi Mbak Khaira tidak menginformasikan kepada semua muridnya untuk memberitahukan bahwa pengajian pekanan di liburkan. Kemudian, lambat laun Fatin paham. Bahwa maksud Mbak Khaira melakukan seperti itu karena mengajarkan kemandirian kepada muridnya. Meskipun Mbak Khaira sedang berhalangan mengisi pengajian namun pengajian harus tetap di lanjutkan meskipun hanya di hadiri beberapa orang saja.
Setelah mengetahui hal tersebut, Fatin bersyukur karena bisa mengikuti pengajian rutin setelah beberapa waktu lama vakum. Meskipun bisa di bilang tidak tiap minggu pengajian di lakukan, karena ada saja hal-hal yang membuat pengajian menjadi tertunda atau bahkan tidak di gelar. Tidak adanya orang yang datang selain Fatin, adalah salah satu contohnya.
Tapi dari sana pula, Fatin belajar tentang sebuah keikhlasan dalam menuntut ilmu. Beberapa kali datang dan beberapa kali tidak ada orang tidak membuat Fatin mundur dari ajang para pencari ilmu. Bukan tidak pernah Fatin merasa jengkel karena kondisi tersebut, tapi Fatin berusaha keras untuk berfikir positif dan yakin bahwasanya Allah tidak akan menyia-nyiakan niat baik hambaNya untuk menuntut ilmu.
Fatin kini berusaha untuk meluruskan niat. Apapun yang ia jalani, termasuk mengaji adalah karena Allah. Ada atau tidak adanya orang, semoga tercatat menjadi amal shalihnya. Yakin, bahwa tidak ada yang sia-sia jika kita berniat karena Allah.
Fatin akan terus berusaha memperbaiki setiap niatnya. Walaupun Fatin tahu, bahwa itu tidak mudah. Saat kita sudah berusaha lurus, ada saja halangan untuk membengkokkannya. Hanya Allah, tempat Fatin mengadu. Fatin juga tidak ingin hanya karena masalah tersebut lalu hengkang mencari pengajian lainnya. Karena di sana Fatin telah menemukan kenyamanan, Fatin berusaha untuk mencari hikmah dalam setiap peristiwa. Setiap pertemuan pengajian, Fatin usahakan nikmati semaksimal mungkin. Ia serap ilmu yang di berikan Mbak Khaira. Ia juga nikmati kebersamaan persaudaraan dalam lingkaran pengajian. Karena menurut Fatin, berteman dengan orang shalih adalah keharusan untuk membentengi dirinya dari hal-hal buruk. Selain beragam kawan lainnya yang di miliki Fatin tentunya. Sebab teman adalah pencerminan dirinya.
Hari itu, Fatin pun pulang ke rumahnya dengan senyum yang terukir di dalam hatinya.
Dari ‘Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi bahwa ia berkata, “Aku mendengar Umar bin Khattab RA berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju”  (HR. Bukhari)
Nabi SAW mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR. Bukhari dan Muslim)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/03/18782/tergantung-niat/#ixzz1qJwRcB6t

“Buat Apa Berkerudung Kalau Kelakuan Rusak” Benarkah?

  • 1

dakwatuna.com – Perempuan yang baik adalah yang bagus agamanya, yang dimaksud ‘agamanya’ adalah agama dalam hati bukan dalam penampilan. Pertanyaan, “Berarti lebih bagus perempuan tidak berkerudung tapi baik kelakuannya (beragama) daripada perempuan berkerudung yang tidak beragama (tidak baik kelakuannya)? Jawab: “Yang lebih bagus adalah perempuan yang berkerudung dan beragama sekaligus.”
Kenapa?
Realitas memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan berkerudung lebih banyak yang beragama ketimbang perempuan yang tidak memakai kerudung.
Jika ada perempuan tak memakai kerudung tapi beragama (berakhlaq), maka itu adalah pengecualian dari perempuan-perempuan tak berkerudung yang rata-rata kurang berakhlaq.
Begitu pula jika ada perempuan berkerudung tapi tidak/kurang beragama, maka itu adalah pengecualian dari perempuan-perempuan berkerudung yang rata-rata beragama.
Kerudung adalah setengah petunjuk kalau wanita yang memakai kerudung tersebut adalah wanita beragama, setengahnya lagi adalah hati atau perilaku kesehariannya.
Bila perilaku keseharian seorang wanita muslimah sudah bagus namun belum berkerudung, segera lengkapi dengan kerudung, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna. Begitu pula jika seorang wanita muslimah sudah berkerudung, namun akhlaq atau perilaku kesehariannya masih tidak baik, segera lengkapi dengan akhlaq yang baik, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna.
Jadi, jangan ada lagi orang yang berkata “Buat apa berkerudung kalau kelakuan seperti wanita tak beragama (tidak baik), lebih baik tidak berkerudung!!”
Pernyataan itu keliru karena beberapa alasan:
Pertama: Alasan Syar’i
Pernyataan tersebut sama dengan menyeru perempuan untuk melanggar apa yang telah Allah perintahkan kepada wanita muslimah. Di dalam Al-Quran Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)
Kedua: Alasan Logis
Dikatakan sebelumnya bahwa wanita muslimah yang baik akhlaqnya namun tak berkerudung baru setengahnya menunjukkan kalau wanita tersebut beragama, karena setengahnya lagi adalah kerudung, berarti wanita yang tidak baik kelakuannya dan tidak berkerudung, tidak setengah pun menunjukkan bahwa wanita tersebut beragama. Maka, bukankah ini lebih parah nilainya di mata agama? Oleh karena itulah pernyataan di atas tidak menjadi solusi yang tepat.
Solusi yang Tepat
Bagi wanita muslimah yang sudah berkerudung dan merasa kalau akhlaq atau perilakunya masih jauh dari akhlaq seorang wanita muslimah yang sebenarnya, tidak perlu terhasut dengan pernyataan “Buat apa pakai kerudung, kalau…. dst” lantas melepas kerudungnya karena malu.
Solusi yang bijak adalah, biarkan kerudung itu tetap melekat bersamanya sembari berusaha untuk terus mengadakan perbaikan akhlaq atau perilakunya.
Pernyataan Lain
Kerudungi hati dulu, baru kerudungi penampilan”. Jika pernyataan ini memang pernah terlontar dan pernah ada, alangkah bijak jika pernyataan ini kita ubah menjadi: “Mengerudungi hati tak kalah penting dari mengerudungi penampilan”.
Tentang pernyataan pertama, dikarenakan perbaikan akhlaq adalah proses berkesinambungan seumur hidup yang jelas bukan instan, dan dikarenakan tak ada yang dapat menjamin bagaimana dan seperti apa hari esok dalam kehidupan kita? Masih di atas bumi kah atau di dalam perutnya? Masih memijak kah atau dipijak? Maka menunda berkerudung dengan alasan memperbaiki akhlaq dulu adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan oleh wanita muslimah mana pun.
Adapun pernyataan kedua, memang demikianlah adanya, bacalah Al-Quran dan tadabburi maknanya, maka kita temukan bahwa hampir setiap kali Allah berfirman tentang wanita muslimah yang baik (beragama), isinya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berperilaku?” selebihnya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berpenampilan?”. Jika berkenan bacalah QS. An-Nur ayat 31, At-Tahrim ayat 5, 10, 11 dan 12, dan seterusnya.
Pernyataan berikutnya adalah:
“Kerudung itu bukan inti dari Islam!” Ya, saya pribadi setuju, memang bukan inti dari Islam, tapi bagian penting dari Islam yang jika bagian itu tidak ada, maka terlalu sulit untuk dikatakan “Ini Islam” sama sulitnya untuk dikatakan “Ini bukan Islam”.
Dikatakan wanita muslimah sulit karena tidak pernah mau pakai kerudung, dikatakan bukan wanita muslimah juga sulit, karena shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya tetap dikerjakan, juga akhlaqnya adalah akhlaq wanita muslimah.
Kalau saya ibaratkan, hal ini seperti bangunan rumah yang tak nampak seperti rumah, namun lebih tampak seperti gudang; berjendela tanpa kaca, tanpa lantai ubin, dan tanpa atap dan seterusnya.
Dikatakan rumah sulit, karena dari luar hampir tak dapat dibedakan dengan gudang. Dikatakan bukan rumah juga sulit, karena ternyata penghuninya lengkap, pasangan suami istri dan satu anak lelaki.
Jendela berkaca, pintu, atap, dan lantai ubin memang bukan bagian inti dari rumah, tapi tanpa adanya semua itu, sebuah bangunan akan kehilangan identitasnya sebagai rumah, konsekuensinya, orang-orang akan menyangka kalau bangunan tersebut adalah gudang tak berpenghuni.
Kerudung atau jilbab adalah identitas seorang muslimah (wanita beragama Islam). Kerudung lah yang memberi isyarat kepada lelaki-lelaki muslim bahkan semua lelaki bahwa yang mengenakannya adalah wanita terhormat, sehingga sangat tidak pantas direndahkan dalam pandangan mereka, kata-kata mereka, maupun perbuatan mereka (para lelaki).
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)
Kesimpulan
Identitas seorang wanita muslimah itu adalah jilbab dan akhlaqnya, akhlaq tanpa jilbab kurang, sama kurangnya dengan jilbab tanpa akhlaq”.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17744/buat-apa-berkerudung-kalau-kelakuan-rusak-benarkah/#ixzz1iqKx1aKu

dakwatuna.com – Mexico City. Dibesarkan sebagai seorang Kristen, Manuel Gomez sekarang berganti nama menjadi Mohamed Chechev. Tepatnya, setelah ia bersyahadat beberapa tahun lalu. Bersama beberapa Tzotzil lain, iabersyahadat setelah menerima pencerahan dari seorang Muslim asal Spanyol yang bermukim di Meksiko selatan.
“Saya Muslim, saya tahu kebenaran kini. Saya berdoa lima kali sehari, merayakan Ramadhan dan telah melakukan perjalanan ke Makkah,” kata Chechev dalam bahasa Spanyol.
Dia tinggal di sebuah komunitas Protestan di Chiapas disebut yang disebut Nueva Esperanza di pinggiran San Cristobal de las Casas. Dia berbagi sebuah rumah sederhana dengan 19 kerabat dan menjual sayuranyang ditanamnya di sebidang tanah.
Referensi Alkitab berlimpah-limpah di Nueva Esperanza, dengan jalan-jalan bernama Betlehem dan sejenisnya. Tetapi, Nueva Esperanza kini juga menjadi rumah bagi sekitar 300 warga Tzotzil, masyarakat adat asal Maya, yang telah masuk Islam dan hidup selaras dengan sisa populasinya.
Istri Chechev yang bernama Noora (terlahir bernama Juana) dan adik iparnya, Sharifa (sebelum berislam bernama Pascuala) juga menjadi Muslim mengikuti jejaknya. Mereka mengenakan gaun panjang dan kerudung menutupi rambut mereka.
Noora adalah putri dari seorang pemimpin pribumi Protestan yang diusir dari San Juan Chamula, kota terdekat di mana Partai Revolusioner Institusional dan keuskupan tertinggi Katolik memerintah. bersama puluhan keluarga lainnya, mereka terusir tahun 1961 karena mempertahankan agama Protestan.
“Di Chamula, tak menjadi Katolik atau anggota partai PRI adalah sebuah kejahatan. Mereka juga marah karena Protestan menganjurkan berhenti minum alkohol, salah satu bisnis lokal utama,” kata Susana Hernandez, yang tinggal di wilayah itu.
Beberapa orang pribumi telah sangat kritis terhadap umat Katolik untuk mengidentifikasi terlalu dekat dengan Partai Revolusioner Institusional yang memerintah Meksiko selama 70 tahun. Seorang pemimpin adat bernama Domingo Lopes, yang juga aktivis gereja Advent, belakangan menemukan pencerahan setelah mengenal Islam.
Ia menyatakan keislamannya tahun 1993, dan menjadi buah bibir di wilayah itu. Namun pada perkembangannya kemudian, banyak yang mengikuti jejaknya; menjadi Muslim.
Menurut antropolog Gaspar Morquecho, sebanyak 330 ribu warga Tzotzil di Chiapasmemang mempunyai sejarah beberapa kali pindah agama. Dulu, mereka dipaksa dengan kekerasan untuk menganut Katolik saat kollonialisme Spanyol merambah wilayah itu pada abad ke-16. Saat itu, hanya sedikit yang beragama Islam. Umumnya, mereka percaya agama leluhur, dan Protestan. (Siwi Tri Puji B/MEO/RoL)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16332/warga-suku-indian-maya-berbondong-bondong-masuk-islam/#ixzz1iqI7AL98